Hidup Ini Lucu
Hari itu seperti biasa, aku
berangkat ke sekolah sepagi mungkin. Berlari menuju Halte Bus. Saat inilah yang
paling aku sukai, melihat birunya langit yang ternodai oleh teknologi manusia,
berlari mengejar mentari pagi berharap dapat menggenggamnya suatu saat nanti,
berlari dari ingatanku sendiri. Perjalanan dari rumah menuju Halte Bus
membutuhkan waktu 10 menit dengan berlari. Seperti biasa keadaan masih sepi, hanya
ada beberapa orang yang menunggu bus dengan kesibukannya masing – masing. Ada
satu orang yang mencuri perhatianku, seorang laki – laki sebaya denganku, memakai
kemeja hitam berlengan panjang yang tidak dikancingkan dengan kaus putih di
dalamnya serta celana jeans. Dengan wajah yang sedikit pucat, pandangan lurus
menatap birunya langit, merenung dan aku dapat melihat kesedihan di balik bola
matanyanya yang kecoklatan itu. Aku tidak dapat memalingkan mata dari orang
tersebut. Namun apa yang dapat dilakukan oleh gadis remaja biasa, aku merasa
tak cukup cantik untuk menyapanya, aku hanya menatapnya dari kejauhan. Setelah
menunggu cukup lama Bus pun dating dan aku bergegas menaikinya.
Ada yang sedikit aneh pada hari
ini. Aku tidak dapat fokus, aku tidak dapat menghapus sosok misterius di halte
tadi pagi dalam ingatanku, seperti kutu air yang menempel pada kakiku minggu
lalu. Waktu berlalu sangat cepat, aku merasa sekolah hari ini hanya mendapat
sebuah ilmu sebesar biji bayam. Ketika pulang sekolah, aku selalu berusaha menghabiskan waktu di
sekolah. Aku tak ingin berlama – lama di rumah.Untungnya temanku, Helen dengan
senyuman bak malaikat jatuh dari kolong jembatan surga yang selalu
menemaniku. Akhirnya kami pulang ketika menjadi satu – satunya penghuni yang
tersisa di sekolah. Pada perjalanan menuju rumah, lagu Beethoven symphony yang
selalu diputar pada saat climax film horror terngiang – ngiang di kepalaku.
Tuhan, ambil Aku tak ingin pulang! . dan benar saja, seperti biasa, ada
‘sedikit’ pertikaian antara ayah dan ibu. Teriak sana, teriak sini. Mereka
langsung menutup mulut begitu aku membuka pintu dengan muka polos. Apakah
mereka pikir aku tidak menyadarinya? Walau mereka melakukan genjatan senjata,
tetap saja aku masih bisa merasakan hawa perang dingin yang mereka salurkan.
Aku mencoba menutupi tanganku yang bergetar, dan melenggang menuju kamar
tercinta, surga kecilku. Tempat di mana aku melupakan kenyataan ini.
Keesokan harinya, seperti hari – hari yang lalu, aku berangkat pagi – pagi sekali. Kulihat dia lagi, orang misterius dengan pakaian yang sama melakukan hal yang sama di tempat yang sama. Hal itu terus berulang selama kurang lebih 4 hari. Kukumpulkan segenap keberanian prajurit 45’ yang kumiliki. Pelan – pelan aku mendatanginya, duduk didisampingnya. 15 menitpun berlalu dengan keheningan membuatku muak. “ehh… kakak mau kemana?” dia hanya diam membisu, matanya melirik sedikit kemudian pandangannya kembali pada langit yang selama ini dia pandangi. dag! suara hatiku dipenuhi rasa malu. “AKU BUKAN CABE – CABEAN YANG MENCOBA MENCARI MANGSA BARU! Teriak hati kecilku. “eh… kakak…?”. Lagi – lagi dia melakukan gesture menyebalkan itu lagi. OH – EM – JI! AMBIL AKU TUHAN! Hufft… tenang… Kucoba berpikir positif “ni manusia budeg kali ya?” pikirku. Kucoba memulai pembicaraan lagi. Lagi – lagi gesture memuakkan itu lagi. YA AMPUN! AMBIL SAJA DIA TUHAN! JANGAN AKU! sekarang darahku naik keubun – ubun, tanganku reflex menjitak kepalanya. PLETAK! Dan alisnya bergetar, kupanjatkan seluruh puji syukur atas reaksi apapun yang ia lakukan. “Apaan sih? Sakit nih!” ucapnya sambil mengelus kepalanya. “haha… maafkan aku, kamu sih diajak ngobrol cuek terus.” Terjadi konflik batin dibalik tawa kecil ini seperti ; “gimana kalau dia menganggapku cabe – cabean kemudian jijik padaku kemudian menikamku dan membuang mayatku di toko – toko (?) terdekat.”
-to be continue?-
Hehe iseng - iseng tulis cerpen, memang tidak sempurna. Tapi, kuharap temen - temen dapat menerima bahkan menyukainya =D
- Apabila ada kelebihan kesalahan mohon maaf sebesar - besarnya (maklulah, cuma pemula)
" Teman yang baik adalah teman yang meninggalkan comment"
Hope You Enjoy It!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar