Translate

Kamis, 08 Januari 2015

"Hidup Ini Lucu"


Hidup Ini Lucu

                Hari itu seperti biasa, aku berangkat ke sekolah sepagi mungkin. Berlari menuju Halte Bus. Saat inilah yang paling aku sukai, melihat birunya langit yang ternodai oleh teknologi manusia, berlari mengejar mentari pagi berharap dapat menggenggamnya suatu saat nanti, berlari dari ingatanku sendiri. Perjalanan dari rumah menuju Halte Bus membutuhkan waktu 10 menit dengan berlari. Seperti biasa keadaan masih sepi, hanya ada beberapa orang yang menunggu bus dengan kesibukannya masing – masing. Ada satu orang yang mencuri perhatianku, seorang laki – laki sebaya denganku, memakai kemeja hitam berlengan panjang yang tidak dikancingkan dengan kaus putih di dalamnya serta celana jeans. Dengan wajah yang sedikit pucat, pandangan lurus menatap birunya langit, merenung dan aku dapat melihat kesedihan di balik bola matanyanya yang kecoklatan itu. Aku tidak dapat memalingkan mata dari orang tersebut. Namun apa yang dapat dilakukan oleh gadis remaja biasa, aku merasa tak cukup cantik untuk menyapanya, aku hanya menatapnya dari kejauhan. Setelah menunggu cukup lama Bus pun dating dan aku bergegas menaikinya.

 

                Ada yang sedikit aneh pada hari ini. Aku tidak dapat fokus, aku tidak dapat menghapus sosok misterius di halte tadi pagi dalam ingatanku, seperti kutu air yang menempel pada kakiku minggu lalu. Waktu berlalu sangat cepat, aku merasa sekolah hari ini hanya mendapat sebuah ilmu sebesar biji bayam. Ketika pulang sekolah,  aku selalu berusaha menghabiskan waktu di sekolah. Aku tak ingin berlama – lama di rumah.Untungnya temanku, Helen dengan senyuman bak malaikat jatuh dari kolong jembatan surga yang selalu menemaniku. Akhirnya kami pulang ketika menjadi satu – satunya penghuni yang tersisa di sekolah. Pada perjalanan menuju rumah, lagu Beethoven symphony yang selalu diputar pada saat climax film horror terngiang – ngiang di kepalaku. Tuhan, ambil Aku tak ingin pulang! . dan benar saja, seperti biasa, ada ‘sedikit’ pertikaian antara ayah dan ibu. Teriak sana, teriak sini. Mereka langsung menutup mulut begitu aku membuka pintu dengan muka polos. Apakah mereka pikir aku tidak menyadarinya? Walau mereka melakukan genjatan senjata, tetap saja aku masih bisa merasakan hawa perang dingin yang mereka salurkan. Aku mencoba menutupi tanganku yang bergetar, dan melenggang menuju kamar tercinta, surga kecilku. Tempat di mana aku melupakan kenyataan ini.

 

                Keesokan harinya, seperti hari – hari yang lalu, aku berangkat pagi – pagi sekali. Kulihat dia lagi, orang misterius dengan pakaian yang sama melakukan hal yang sama di tempat yang sama. Hal itu terus berulang selama kurang lebih 4 hari. Kukumpulkan segenap keberanian prajurit 45’ yang kumiliki. Pelan – pelan aku mendatanginya, duduk didisampingnya. 15 menitpun berlalu dengan keheningan membuatku muak. “ehh… kakak mau kemana?” dia hanya diam membisu, matanya melirik sedikit kemudian pandangannya kembali pada langit yang selama ini dia pandangi. dag! suara hatiku dipenuhi rasa malu. “AKU BUKAN CABE – CABEAN YANG MENCOBA MENCARI MANGSA BARU! Teriak hati kecilku. “eh… kakak…?”. Lagi – lagi dia melakukan gesture menyebalkan itu lagi. OH – EM – JI!  AMBIL AKU TUHAN! Hufft… tenang… Kucoba berpikir positif “ni manusia budeg kali ya?” pikirku. Kucoba memulai pembicaraan lagi. Lagi – lagi gesture memuakkan itu lagi. YA AMPUN! AMBIL SAJA DIA TUHAN! JANGAN AKU! sekarang darahku naik keubun – ubun, tanganku reflex menjitak kepalanya. PLETAK! Dan alisnya bergetar, kupanjatkan seluruh puji syukur atas reaksi apapun yang ia lakukan. “Apaan sih? Sakit nih!” ucapnya sambil mengelus kepalanya. “haha… maafkan aku, kamu sih diajak ngobrol cuek terus.” Terjadi konflik batin dibalik tawa kecil ini seperti ; “gimana kalau dia menganggapku cabe – cabean kemudian jijik padaku kemudian menikamku dan membuang mayatku di toko – toko (?) terdekat.”

 

-to be continue?-



Hehe iseng - iseng tulis cerpen, memang tidak sempurna. Tapi, kuharap temen - temen dapat menerima bahkan menyukainya =D

- Apabila ada kelebihan kesalahan mohon maaf sebesar - besarnya (maklulah, cuma pemula)

" Teman yang baik adalah teman yang meninggalkan comment"

Hope You Enjoy It!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar